Fonterra Kunjungi Kampus Nagrak

Pada Jumat 29 Juni 2012 CECT (Center for Entrepreneurship, Change and Third Sector) Universitas Trisakti mendapat kunjungan tamu istimewa di Kampus Nagrak Universitas Trisakti, Bogor. Mereka adalah para eksekutif salah satu perusahaan produsen susu terkemuka di dunia, Fonterra.
Ke empat eksekutif Fonterra yang menjadi tamu CECT itu terdiri dari Peter Moore (Chief Operating Officer, Fonterra Co-operative Group Limited, International Farming Fentures), Ratih Puspitasari (Director of Scientific and Regulatory Affairs, PT Fonterra Brands Indonesia, Scientific and Regulatory Affairs), James Mc Vitty (Vice President Government and Industry Relations, Fonterra Co-operative Group Limited), dan Tonny Eyres (General Manager Operations, PT Fonterra Brands Indonesia, International Farming Ventures).
Kunjungan para eksekutif Fonterra ini disambut oleh Direktur CECT Maria R Nindita Radyati PhD. Pada pertemuan yang berlangsung akrab ini hadir pula Direktur Interlink Technology Pty Ltd Australia Tony Simmonds MBA.
Sebagaimana diketahui, Fonterra adalah salah satu perusahaan susu terbesar di dunia dari sisi turn over dan merupakan eksportir susu terbesar dengan pangsa pasar lebih dari sepertiga perdagangan susu dunia. Fonterra merupakan perusahaan koperasi susu (co-operative dairy company), dimiliki oleh lebih dari 11.000 petani di Selandia Baru yang memasok lebih dari 14 miliar liter susu setiap tahunnya. Fonterra berdiri pada Oktober 2001 setelah 84% petani setuju terhadap merger New Zealand Dairy Board, New Zealand Dairy Group dan Kiwi Co-operative Dairies pada bulan July 2001.
Sedangkan Fonterra Brands Indonesia berdiri pada tahun 1999, terus mengalami pertumbuhan pesat dan merupakan salah satu pasar terbaik Fonterra di Asia. Beberapa produk terkenal Fonterra di Indonesia di antaranya adalah Anlene yang dikenal sebagai susu untuk menjaga kesehatan tulang dan mencegah osteoporosis pada orang dewasa. Produk lainnya adalah Anchor dengan sasaran untuk kesehatan keluarga, selain itu ada pula Anmum yang ditujukan untuk wanita hamil.
Fonterra Brands Indonesia memiliki karyawan tetap sekitar 150 orang dan 1.300 karyawan outsourcing. Perusahaan ini bekerja sama dengan para distributor untuk mendistribusikan produk yang tersebar pada 60.000 gerai di seluruh Indonesia.
Pada pertemuan ini Tonny Eyres menerangkan mengenai beberapa aktivitas Fonterra di Indonesia. Menurutnya, kegiatan Fonterra di antaranya adalah meningkatkan kemampuan petani di bidang dairy farm. Juga tersirat keinginan pihak Fonterra untuk mengetahui kegiatan yang ada di lingkungan kampus Nagrak.
Menurut Maria Nindita, Kampus Nagrak Universitas Trisakti berperan aktif dalam memberdayakan masyarakat setempat sehingga merupakan laboratorium sosial. Berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat di antaranya di bidang pertanian, penggemukan domba dan sapi serta pendirian koperasi.
Sebagai laboratorium sosial, Kampus Nagrak memang memiliki area pertanian dan penggemukan hewan ternak serta pembuatan kompos. Tim dari Fonterra pun sempat melihat langsung area tersebut dipandu oleh Manager Kampus Nagrak Gunawan. Saat mengunjungi lokasi penggemukan hewan ternak misalnya, Peter Moore dan James Mc Vitty sempat memberikan gambaran mengenai kandang yang tepat bagi sapi-sapi agar dapat menghasilkan susu berkualitas baik. Di antaranya mengenai penggunaan desain kandang yang memungkinkan aliran udara lebih baik. Menurut Ratih Puspitasari, Fonterra memiliki pengamahaman yang sangat banyak mengenai dairy farm, termasuk bagaimana mendesain kandang yang baik.
Selama ini hewan ternak di Kampus Nagrak memang ditujukan sebagai hewan potong yang akan dijual dagingnya. Namun, dengan pengaturan kandang dan teknik pemeliharaan yang tepat, terbuka kemungkinan untuk mengembangkan sapi perah yang dapat diambil susunya.
Sementara itu Tony Simmonds mengungkapkan, berdasarkan pengalamannya kondisi masyarakat Indonesia di satu daerah bisa berbeda dengan daerah lainnya. Pada suatu daerah mungkin petani lebih suka menjual hewan untuk dagingnya karena memiliki nilai tambah lebih besar, sementara di daerah lain mungkin lebih memilih menjual susunya. Jadi, memang diperlukan waktu untuk mengetahui dan memahami masyarakat di Indonesia.