Metro Plus Membahas CSR

Salah kaprah tentang CSR masih banyak terjadi di Indonesia hingga saat ini. Itulah salah satu poin penting yang muncul dalam program acara Metro Plus Pagi yang ditayangkan Metro TV pada 22 Januari 2016. Pendapat itu diungkapkan oleh Founding Director MM CSR Trisakti Maria R Nindita Radyati, PhD, saat menjadi nara sumber pada acara tersebut. Maria menjawab berbagai pertanyaan seputar CSR yang dilontarkan oleh dua presenter Metro TV, Tantri Moerdopo dan Mario Irwinsyah.
Maria mengungkapkan bahwa tujuan CSR adalah keberlanjutan (sustainability) bisnis. Sedangkan ruang lingkup CSR meliputi segala aktivitas yang memberikan dampak positif pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Ketiga aspek tersebut saling memengaruhi.
“Dengan demikian, CSR hakekatnya adalah investasi perusahaan dan bukan biaya yang habis dipakai atau expenses. Investasi ini termasuk untuk meningkatkan citra perusahaan dan membedakannya dengan perusahaan lain, atau meningkatkan keunggulan dalam bersaing,”
tutur Maria.
Sedangkan salah kaprah tentang CSR yang kerap terjadi diantaranya adalah anggapan bahwa CSR sebagai salah satu satu sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Salah persepsi dari pihak pemerintah maupun pihak lain terkait CSR ini dapat merugikan perusahaan, dan dapat membebani perusahaan dengan biaya sangat tinggi. Anggapan seperti itu perlu diluruskan, karena persepsi yang salah terkait CSR dapat mengarah pada tindakan-tindakan yang salah pula.
Seiring berjalannya waktu, dalam beberapa tahun belakangan ini semakin banyak perusahaan di Indonesia yang melakukan CSR. Pemahaman perusahaan mengenai CSR pun semakin baik, bersamaan dengan kesadaran pentingnya melakukan CSR untuk keberlanjutan bisnis.
Pentingnya CSR ini diakui oleh Amalia Yunita, CEO PT Lintas Jeram Nusantara, sebuah perusahaan wisata arung jeram di Sungai Citarik, Sukabumi, Jawa Barat. Perusahaan yang lebih dikenal dengan nama Arus Liar ini bahkan menerapkan CSR sebagai visi, misi dan nilai perusahaan.
“Program CSR yang diterapkan Arus Liar terbentang mulai dari pelestarian alam dan lingkungan yang disebut Arus Liar Go Green, hingga bantuan kemanusiaan untuk korban bencana,” papar Amalia, yang juga hadir sebagai nara sumber pada acara Metro Plus Pagi. Arus Liar bahkan telah menggunakan ISO26000 sebagai pedoman dalam menjalankan CSR. Di daerah pedesaan sekitar Sungai Citarik di Sukabumi yang merupakan lokasi arung jeram, Arus Liar mengembangkan masyarakat sekitar, merekrut penduduk lokal dan melatihnya hingga memiliki keterampilan sesuai standar dalam wisata arung jeram. Beberapa diantaranya bahkan dilatih hingga berhasil meraih Rafting Guide Certified untuk instruktur dari International Rafting Federation.
Arus Liar juga melatih penduduk lokal sehingga mereka fasih berbahasa Inggris, dapat mengoperasikan komputer dan menguasai keterampilan lain yang dibutuhkan dalam industri turisme. Dengan cara demikian, kehadiran Arus Liar ikut memberi manfaat secara nyata bagi perkembangan masyarakat sekitar.
Selain itu, Arus Liar juga mendorong para karyawan, mitra kerja dan pelanggan untuk bersama-sama melakukan kegiatan volunter. Kegiatan ini meliputi penanaman pohon di sekitar sungai Citarik, gerakan kebersihan kampung, kampanye perilaku hemat air dan listrik, serta memberikan bantuan kemanusiaan untuk korban bencana di berbagai wilayah di Indonesia.
Menurut Amalia Yunita, memahami CSR yang benar sangat penting dalam mengelola perusahaan. Amalia merasa beruntung, karena ketika kuliah di Program MM CSR Trisakti beberapa tahun lalu bisa mendapat pengetahuan mengenai CSR yang benar.