top of page

MM-CSR Universitas Trisakti menjadi Tuan Rumah FGD MASKEEI



Program MM-Sustainability Universitas Trisakti menjadi tuan rumah Focus Group Discussion (FGD) Masyarakat Konservasi dan Efisiensi Energi Indonesia (MASKEEI) di Kampus MM-Sustainability Trisakti yang berlokasi di Menara Batavia, Jakata. FGD yang digelar pada 7 Mei 2015 ini merupakan diskusi awal dalam rangka menyusun poin-poin penting dalam konservasi dan efisiensi energi yang akan disampaikan kepada pemerintah.

FGD ini dihadiri sekitar 20 anggota dan pengurus MASKEEI serta beberapa nara sumber ahli di bidang energi yang telah memiliki pengalaman luas di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Dewan Energi Nasional (DEN). Hadir pula nara sumber dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda). Para nara sumber ini menyampaikan pengalaman mereka berkaitan dengan pemanfaatan dan efisiensi energi, kendala pengembangan energi, dan tantangan yang dihadapi Indonesia. Pandangan para nara sumber ini menjadi masukan penting dalam upaya konservasi dan efisiensi energi di Indonesia yang tengah disuarakan MASKEEI.

Diskusi yang dipandu oleh Chairman MASKEEI R.M Soedjono Respati ini berlangsung sejak pagi hingga sore hari. FGD ini dibagi dalam tiga kelompok pembahasaan, yaitu kelompok yang membahas masalah policy dan regulasi; pengembangan kapasitas dan sosialisasi; serta pengembangan bisnis dan teknologi. Hampir seluruh peserta FGD mengikuti dengan tekun proses diskusi sejak pembukaan hingga penutupan.

Founding Director Program MM-Sustainability Universitas Trisakti Dr. Maria R Nindita Radyati, Dipl. Cons menjadi fasilitator FGD pada kelompok yang membahas pengembangan kapasitas dan sosialisasi. Dalam struktur organisasi MASKEEI, Maria Nindita berada di posisi Deputy Chairman yang mengoordinasi bidang Business Development  and Consultancy; dan Organization and Member Development.


Menurut Maria, dalam hal pengembangan kapasitas dan sosialisasi, perlu ditentukan stakeholder relevannya. Sebagai target stakeholder contohnya adalah anggota rumah tangga; anggota DPR; pengelola industri,  lembaga keuangan, mall, dan hotel. Selain itu juga pelajar; guru (termasuk guru PAUD); dosen; reporter; dan kalangan berpendapatan tinggi. Di antara para stakeholder tersebut, yang dapat diharapkan menjadi change agent adalah guru; dosen; reporter; dan lembaga keuangan.

Sementara itu, scope dalam pengembangan kapasitas dan sosialisasi, dalam penuturan Maria, mencakup beberapa hal. Diantaranya adalah model perbandingan cost dengan adanya penghematan; model penghitungan impact dari penghematan; kalkulator penghitungan penghematan energi; pendidikan; insentif yang jelas; komitmen leader; logistic/distribution yang menghemat cost; dan perubahan life style.

Perlu juga dipahami bagaimana cara (how-to) melakukan pengembangan kapasitas dan sosialisasi tersebut . Maria menuturkan beberapa hal, diantaranya adalah merumuskan kembali nilai-nilai yang benar; mengubah mental model/mindset; menciptakan champion; meng-encourage keteladanan pemimpin negara; mengubah habit; membuat panduan-panduan teknis dalam berbagai bentuk (misalnya buku, website, video); memanfaatkan ICT (seperti amplikasi android, mendia sosial, website); serta membuat daftar alat-alat yang boros dan hemat energi.

Selain itu perlu juga diperhatikan penggunaan bahasa sosialisasi yang konstekstual dengan target stakeholder. Sosialisasi juga sebaiknya dilakukan bekerja sama dengan sekolah dan media. Hal lain yang juga perlu dilakukan adalah melanjutkan audit energy; mendorong perbaikan gedung lama agar menjadi green dan healthy building; dan mempromosikan sustainable consumption and production. Mewajibkan laporan penurunan energy; menentukan milestone sosialisasi; dan pemberian award, juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. “Dari semua hal tersebut, entry point-nya adalah penghematan biaya,” tutur Maria.

21 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page